Selamat pagi all temans Pest Control di Indonesia… lama tidak meng-udara, semoga teman-teman semua selalu dalam kebaikan dan diberikan nikmat kesehatan.

Kali kesekian saya berusaha mengulas tentang perihal yang menjadi bagian bisnis Urban Pest Control kita, terutama sisi Bioekologi Hama maupun strategi pengembangan dan pemasarannya. Kali ini saya akan mengulas salah satu faktor utama yang menjadi keberhasilan sistem Pengendalian Hama di bisnis Urban Pest Control… yaitu penggunaan Insektisida. Saya kerucutkan saja kali ini bahasannya mengenai bahan aktif golongan Sintetik Pyrethroid.. insektisida yang sangat digemari oleh pelaku Urban Pest Control di Indonesia. Entah karena banyak tersedia di pasaran, atau karena harganya yang relatif murah. Sebagai notifikasi saja, hampir semua formulator Pestisida pasti mempunyai merk Dagang dari bahan aktif ini.., mulai dari Bayer Indonesia, Syngenta, BASF, FMC, sampai formulator tingkat nasional sekalipun.

Saya tidak akan membahas harga jual atau penetrasi market dari golongan Sintetik Pirethroid ini, tetapi akan saya ulas mengenai cara kerja dan efektifitas aplikasinya di lapangan.

Okey… kita mulai ya,
Pyrethroid adalah sintetik atau tiruan atau KW Super istilahnya dari insektisida golongan Pyrethrin. Bedanya Pyrethrin didapat dari alam langsung, seperti Pyrethrum atau Bunga matahari, sedangkan Sintetik Pyrethroid dihasilkan dari skala pabrikan atau buatan.

Dikenal di dunia sejak awal tahun 1940 an, senyawa ini menjadi alternatif pilihan untuk industri pengendalian hama di dunia. Saat itu jawaranya insektisida seperti Golongan Organochlorin, Organo Phospate (OP), dan Carbamat sudah mulai berefek terhadap lingkungan sekitar kita (mungkin karena efek residu bahan aktifnya yang sulit terdegradasi di alam). Efek kerja Sintetik Pyrethroid sebenarnya mirip dengan efek kerja Organochlorin.. hanya saja Piretroid tidak persisten di lingkungan.

Sampai saat ini, golongan Sintetik Pyrethroid sendiri terdiri dari 4 generasi yang sudah dipatenkan dan dikelompokkan, antara lain ;
* Generasi pertama diwakili oleh Allethrin
* Generasi kedua diwakili oleh Tetramethrin, Resmethrin, dll
* Generasi ketiga diwakili oleh Permethrin, Fenvalerate, dan Sifenothrin
* Generasi keempat yang marak beredar di pasar dan terbiasa kita gunakan, yaitu antara lain : Byfenthrin, Cypermethrin, Lambda Cyhalothrin, Alpha Cypermethrin, dll

Kehebatan dari golongan Sintetik Pyrethroid ini adalah mempunyai efek eksitasi (perangsangan) yang lebih akrab kita sebut efek flushing, mempunyai efek knock down (bekerja cepat), dan sebagai killing agent (berdaya bunuh tinggi), umumnya repellent (penolak), toksisitas mamalia rendah, penggunaan dosis rendah untuk apliaksi, kelarutan dalam air rendah, pada beberapa generasi (terutama generasi ke 4) memiliki efek iritasi, dan terakhir… toksik terhadap ikan.

Berdasarkan lama residunya, Sintetik Pyrethroid dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu :
* Sintetik Pyrethroid residu panjang, biasanya diwakili oleh generasi ke 3 dan ke 4, konon dapat mencapai efek residu mencapai 60 hari karena bersifat fotostabil. Golongan ini sangat efektif untuk mengendalikan serangga merayap seperti lipas (kecoa) di area permukiman.
* Sintetik Pyrethroid dengan residu pendek atau tanpa residu (non-residual), diwakili oleh generasi pertama dan kedua. Pyrethroid generasi ini sangat efektif mengendalikan serangga terbang seperti lalat, karena efek knock down nya yang baik.

Seandainya ada diskusi seperti ini ;
” Kenapa jika kita mengendalikan lipas (kecoa), kita melakukan penyemprotan di area wastafel, tetapi si lipas (kecoa) malah berada di dekat kitchen set yang tidak jauh dari wastafel ? Dispraying nya jam 7 pagi.. tetapi masih berlarian pada saat resto sudah operasional, dan matinya di sembarang tempat.
Apakah salah penggunaan bahan aktif nya ? Atau memang bahan aktifnya sudah resisten terhadap lipas (kecoa) ?
Sebelum kita mengupas permasalahan di atas.. sedikit kita kembali lagi ke bioekologi dan tata kelola pengendalian lipas tersebut.
Ada beberapa serangga mampu melepaskan diri sejenak dari efek knockdown bahan aktif Sintetik Pyrethroid. Seperti contohnya lipas dan nyamuk. Selain itu, mayoritas serangga (baik serangga terbang dan merayap), mempunyai sensor kemo-reseptor pada antenanya yang berfungsi untuk mendeteksi keberadaan bahan-bahan kimia atau beracun yang membahayakan dirinya.

Kita kembali lagi ke diskusi di atas… jadi terjawab sudah mengapa setelah dilakukan treatment dengan golongan Sintetik Pyrethroid, si lipas atau nyamuk masih tersadar kembali atau menghindar dari treatment spraying kita di lokasi wastafel tersebut.
Jadi bukan karena bahan aktif Piretroidnya yang tidak efektif… tetapi kehandalan biologi serangga dan efek iritasi dari Piretroid yang dapat dideteksi oleh si serangga tadi.

Nah… bagaimana agar treatment spraying kita menghasilkan kerja dan hasil yang optimal di pelanggan kita ? Sebagai contoh pengendalian lipas (cockroach control)…
Mari kita ikuti langkah-langkah berikut ini ;
* Treatment pengendalian lipas sangat baik dilakukan di malam hari, di rentan waktu pukul 20.00 – 02.00 dinihari (pada saat lipas beraktifitas mencari makan dan aktifitas biologinya), agar si lipas jika mereka terkontak dengan Sintetik Pyrethroid, setelah sadar dari pingsannya… dan akhirnya mati sesungguhnya, tidak sampai terlihat mengganggu si empunya area (pelanggan kita)
* Gunakan aerosol untuk memancing/merangsang (flushing) si lipas keluar dari persembunyiannya. Aerosol yang beredar di pasar mayoritas dari golongan Sintetik Pyrethroid.
* Usahakan menggunakan formulasi SC (suspension concentrate) atau WP (wettable powder) atau CS (capsulated suspension) untuk efek residual yang optimal.
* gunakan alat detektor perangkap serangga merayap (crawling insect trapp) untuk mengetahui perkembangan populasi lipas di area (pemasangan trapp jangan lebih 5 meter dari sarang/liangnya untuk kecoa jerman)
*Gunakan Metode gel baiting pada area-area yang tersembunyi dan tidak ada perlakuan spraying, contoh : leher meja, saklar listrik, oven, dll. Sebagai catatan.. penggunaan gel baiting sebaiknya tidak berbarengan dengan treatment spraying.
* Jika kita berasumsi lipas atau hama lainnya sudah resistensi dengan Sintetik Pyrethroid yang kita gunakan… silahkan saja dan tidak dilarang untuk meningkatkan dosis menjadi 2X lipat.. atau ter-ekstreem nya diperboleh oleh WHO mencapai 10X lipat jika terjadi KLB (kejadian luar biasa). Tapi perlu dicatat, penggunaan dosis yang berlebih hanya digunakan pada 1X perlakuan saja (misalkan tahap general treatment), sebagai efek untuk menghajar si lipas yang ter-indikasi sudah resisten dengan bahan kimia tertentu. Dan kembali kita gunakan dosis normal sesuai anjuran di label kemasan pada treatment lanjutan, ke tiga dan seterusnya (maintenance treatment) setelah dilakukan rotasi di treatment ke dua dengan bahan aktif lain.

Akhirnya kita sampai di kesimpulan… jika golongan Sintetik Pyrethroid masih sangat efektif untuk pengendalian Hama di Permukiman, asalkan kita mengerti dasar-dasar dari golongan tersebut.. “Tak kenal maka tak sayang… setelah kenal, kita lebih bijak menggunakannya”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *