Rodentisida adalah senyawa kimia yang dapat mematikan atau mengganggu aktivitas tikus. Secara umum pengendalian kimiawi terhadap tikus dapat berupa: racun perut, repellent, atraktan, dan pemandul. Di industri pengendalian hama permukiman, penggunaan racun anti koagulan generasi I, diwakili oleh bahan aktif warfarin dan kumatetralil. Pada racun antikoagulan generasi II banyak diwakili oleh bahan aktif brodifakum, Bromadiolon dan flokumafen.
Penggunaan rodentisida sintetik dapat memberikan keuntungan dalam mengendalikan hama tikus, namun belum memberikan hasil yang optimal, karena penggunaan rodentisida dapat menimbulkan dampak yang merugikan terhadap lingkungan yang ada disekitarnya. Rodentitida sintetik umumnya mempunyai struktur kimia yang lebih stabil, sukar diurai oleh mikroorganisme ataupun panas, sehinngga jumlah residu rodentisida tinggi di lingkungan, Rodentisida sintetik bersifat akut (dapat mematikan dalam beberapa jam) dan antikoagulan (dapat mematikan 3 – 5 hari). Kelemahan rodentisida akut adalah dapat membuat tikus menjadi jera, sedangkan kelemahan rodentisida antikoagulan membuat tikus memakan umpan berkali – kali atau dalam jumlah banyak.
Antikoagulan sintetis ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1975 oleh karena banyak munculnya hama tikus yang resistan terhadap golongan warfarin. brodifakum ini diperoleh dari kondensasi 4-hydroxycoumarin dengan 3-(4’-bromodiphenyl – 4-yl) – 1,2,3,4-tetrahydronaphtol.
Brodifakum adalah antikoagulan 4-hydroxycloumarin yang bekerja serupa dengan pendahulunya seperti dikumarol dan warfarin. Potensi kerjanya yang tinggi dan durasi kerja yang panjang (waktu paruh 20 – 130 hari), membuat brodifakum dikategorikan sebagai antikoagulan generasi kedua atau superwarfarin.
Brodifakum biasanya berbentuk bubuk putih yang tidak berbau dan mencair pada suhu 228 o C – 232o C. Brodifakum sangat rendah kelarutannya di air tetapi sangat larut apabila dicampur dengan acetone, kloroform dan larutan chlorin lainnya. Brodifakum juga akan membentuk garam amine apabila terlarut dalam air. Brodifakum juga merupakan zat kimia yang stabil dan tidak gampang berubah ikatannya dalam suhu ruangan.
Cara kerja brodifakum.
Brodifakum, seperti racun antikoagulan lainnya, bekerja dengan mengganggu sintesis normal faktor pembekuan vitamin K-dependent pada hepar hewan vertebrata. Pada sel hepar vitamin K 1-2,3 epoxide yang secara biologis tidak aktif direduksi oleh enzim mikrosomal menjadi bentuk aktif vitamin K, yang sangat penting pada sintesis prothrombin dan faktor pembekuan lainnya. Brodifakum meng-antagonisasi enzim vitamin K1-epoxide reductase pada hepar dan menyebabkan penurunan secara bertahap dari bentuk aktif vitamin K, dan pada akhirnya faktor pembekuan vitamin K-dependent, yang menyebabkan peningkatan waktu untuk pembekuan darah sampai pada titik dimana tidak terjadi pembekuan darah sama sekali.
Periode laten brodifakum mulai dari waktu pemberian hingga ditemukannya tanda-tanda klinis bermacam-macam. Pada tikus umumnya kematian terjadai dalam waktu 1 minggu setelah pemberian brodifakum. Kematian dapat juga terjadi secara tiba-tiba tergantung dimana pendarahan tersebut terjadi, terutama apabila pendarahan terjadi pada bagian otak maupun pada bagian jantung.
Broadifakum dan bromadiolon merupakan rodentisida yang berpotensi baik dalam mengendalikan tikus karena dapat diterima tikus dengan baik, dan juga dapat diaplikasikan dalam berbagai kondisi lingkungan yang berbeda. Konsentrasi penggunaan adalah 0,005% dalam bentuk umpan pelet atau blok, ketika zat ini digunakan terus menerus akan menyebabkan populasi tikus resisten di dunia. Kematian tikus dapat mencapai 100% hanya dengan 1 (satu) kali pemberian, yang disebut dengan single dose rodenticide.
Brodifakum dan bromadiolon efektif juga untuk mengendalikan populasi tikus yang sudah resisten terhadap rodentisida anti koagulan generasi I. Nama dagang yang ada di industri pengendalian hama permukiman adalah Talon, Kresnakum, Ratgon, Contract, dan masih banyak lagi. Rodentisida blok sintetis yang beredar dipasaran dengan kandungan bahan aktif brodifakum 0,005% diketahui lebih praktis digunakan dan efektif untuk mengendalikan tikus sawah.