Sebagai operator Urban Pest Control, kita seringkali disuguhi berbagai teknis dan metode pengendalian hama permukiman, mulai dengan cara kimiawi, mekanis, biologi, dan tata aturan tindakan sanitasi maupun preventif.
Dalam tulisan ini, saya ingin mengulas dan mengupas (walaupun tak akan tuntas) tentang efektifitas Pengendalian Hama Permukiman dengan metode Repeller (penolak). Langsung saja saya kulik mengenai PERANGKAT PENGENDALIAN HAMA ULTRASONIK.
Iklan peralatan pendukung ini sangat gencar di berbagai media, kelas regional sampai kelas internasional. Mulai yang agak konvensional seperti surat kabar, media elektronik, sampai media daring online. semuanya menyuguhkan ke-efektifan dan kehandalan alat ini untuk mengendalikan (bahasa tim sales alatnya pengusir) Hama Permukiman di lingkungan kita, baik rumah, kantor, hotel, bahkan sampai kelas industri. Sebut saja tikus, kecoa, nyamuk, lalat, dan serangga lainnya. semua bisa diatasi dengan 1 alat saja, mantabsss bukan.
Pertanyaannya.., seberapa ampuh alias cespleng alat ini dalam mengendalikan hama ???
belum lagi eforia pelanggan kita yang menginginkan dan sedikit memaksa agar pelaku operator urban pest control menggunakannya agar program Pengendalian Hama Permukiman di lingkungan mereka berhasil… benarkahhh ???
okey, sedikit kita bicarakan tentang gelombang suara Ultrasonik,,,
Gelombang suara ultrasonik sendiri menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah suara atau getaran yang terlalu tinggi untuk bisa di dengar oleh manusia, kira-kira diatas 20 KHz. (ambang batas pendengaran manusia pada kisaran 20 Hz – 20 KHz). Contoh hewan yang terbiasa dengan gelombang ultrasonik adalah kelelawar dan Lumba-lumba (200 KHz). kelelawar menggunakannya untuk navigasi, sedangkan lumba-lumba untuk berkomunikasi. Sedangkan suara dibawah 20 Hz kita kenal dengan istlah Infrasonik, dan pada suara ini hewan yang terbiasa dengan suara ini adalah jangkrik dan anjing. sebagai uji laboratorium, menurut Prof Upik Kesumawati Hadi, Berdasarkan penelitian timnya, didapatkan persentase nyamuk Aedes aegypti yang mati akibat terkena gelombang ultrasonik 30 KHz sampai 100 KHz selama 24 jam mencapai 74 persen. Dan pancaran gelombang ultrasonik ini bisa mencapai 5 meter.
Kita bisa angkat jempol keduanya (two tumbs up) untuk keberhasilan mengendalikan tikus dan nyamuk pada frekuensi tinggi, tapi untuk kecoa ? atau mungkin lalat seperti iklan yang dibuat…? apakah mampu mengganggu aktivitas mereka. Iklan di layanan online (maaf, bukan maksud mendeskriditkan produk tertentu), PERANGKAT PENGENDALIAN HAMA ULTRASONIK.ini hanya bekerja di range suara 0,685 Hz – 10 KHz, dan semua hama (tikus, nyamuk, kecoa, dll) pergi dari lingkungan kita. Sesuaikah dengan istilah ultrasonik tadi yang ada di atas angka 20 KHz. sebagai catatan, tikus rumah dapat dikendalikan dengan panjang suara ultrasonik di 35 KHz, nyamuk diatas 30 KHz. Hanya kecoa, jangkrik, atau serangga merayap lainnya yang masuk dalam range angka pengendalian alat tersebut, yaitu di bawah 20 Hz (rata-rata mereka terganggu di angka 10 Hz).
So… kita dapat menilai sendiri seberapa tinggi tingkat ke-efektifan alat perangkat pengendalian hama ultrasonik pengusir hama permukiman tersebut. Agar kita lebih bijaksana dalam melakukan program pengendalian hama permukiman di pelanggan kita.
Beberapa literatur menyatakan, salah satunya Pada tahun 2001, Federal Trade Commission mengirimkan himbauan kepada produsen perangkat pengendalian hama ultrasonik, agar klaim efektivitas harus didukung oleh penelitian ilmiah. Berkat intervensi Federal Trade Commission, klaim paket hemat pengendalian hama pada hewan pengerat dan serangga sedikit kurang bisa diterima pasar, bahkan akal kita. Banyak situs memiliki link yang menjelaskan metode dan hasil penelitian alat ini, seperti dari Green Shield dan Victor.
Dan… ulasan saya sebagai praktisi dan penggiat kontrol Hama Permukiman. ada catatan-catatan yang bisa kita ambil nilai positifnya dari penggunaan alat ini, yaitu ;
1. Gunakan perangkat pengendalian hama ultrasonik khusus pada hama sasaran tertentu, misalkan tikus. otomatis serangga merayap seperti kecoa harus kita abaikan dalam pengendalian (karena perbedaan panjang gelombang suara masing-masing hewan dan serangga).
2.Gunakan teknis kombinasi dengan perangkap (trapping) : Hasil terbaik untuk tikus dan serangga berasal dari penggunaan repeller hama ultrasonik bersamaan dengan perangkap. Sederhananya, gelombang suara menyebabkan hama berlarian dan panik, yang mendorong mereka dapat terjebak pada alat perangkap kita.
3. Hindari penggunaan perangkat pengendalian hama ultrasonik secara monoton, contohnya pada tikus. Hewan ini akan terbiasa dari waktu ke waktu jika panjang gelombang suara ultrasonik tersebut terus difungsikan.
4. penempatan optimal lokasi perangkat, Gelombang suara ultrasonik dari alat pengontrol hama ultrasonik jaraknya sangat dekat dan sangat lemah, sehingga mudah terblokir oleh furniture, dinding, dan sudut di dalam ruangan. Cara pengujian lokasi perangkat yang kita pasang antara lain ; letakkan lampu di samping perangkat, matikan semua lampu lainnya, dan catat bayangan dari lampu. Gelombang suara penolak /repeller akan efektif dan aktif dimana cahaya mencukupi dan tidak terhalangi.
5. Harapan pengendalian hama permukiman yang Realistis, penelitian tentang alat kontrol hama ultrasonik yang berhasil di lingkungan menunjukkan persentase penurunan, bukan penghapusan total hama hewan pengerat dan serangga.
Terakhir.., hematlah dalam segala hal.
Pengendalian hama permukiman yang efektif sangat ditentukan oleh 3 (tiga) parameter utama, yaitu : Sumber Daya Manusia yang berkompeten, Alat dan bahan kimia yang berkualitas, serta Standar Prosedur Operasi (SPO) yang berkelas. dijamin tokcer dan maknyuzzz hasilnya.
Berapa kali dalam berapa hari harusnya repeller ini dipasang? Sekali dalam 2 hari kah atau setiap 6 jam sekali misalnya? Kan katanya jgn sampai tikus juga kebal.
Terimakasih untuk artikel yang di share sangat membantu, akan saya coba terapkan untuk lebih mengembangkan bisnis saya.