Selamat menyambut hari untuk teman-teman pest controller di Indonesia.., selamat menikmati har-hari yang penuh tantangan dan pencapaian di tahun ini. Pernahkah terlintas dialam sadar dan pikiran kita akan kerasnya persaingan bisnis Urban Pest Control saat sekarang? Mulai dari perang harga, sampai bajak-membajak para pekerjanya. Sekarang ajaklah pikiran kita agar diarahkan untuk dapat meraih dan memenangkan pasar Urban Pest Control di Indonesia dengan baik dan benar, minimalnya di wilayah regional tempat usaha kita berjalan. Satu harapan jawaban yang sama akan kita dapatkan… yes, we want to and we will winner urban pest control market in Indonesia. Pertanyaannya sekarang adalah, sudahkah kita melakukan sesuatu yang baru, yang dapat diterima pembeli dan pelanggan kita untuk memenangkan pasar dengan sesuatu yang berbeda ?
Berbicara antara Kreasi (kreatif) dan Inovasi (inovatif), sangat erat keterkaitan antara keduanya. Jika kita mengambil istilah tersebut dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kreasi lebih ke-memiliki atau mampu untuk menciptakan, dan Inovasi adalah memperkenalkan/mempopulerkan dari ciptaan atau pembaharuan yang kita miliki. So.., inovasi adalah tindakan lanjutan dari kreasi, dan kreasi adalah titik nol dari pola inovasi tersebut.
Untuk pasar Urban Pest Control… saat ini sudah menjamur sistem dan prosedur operasional yang inovatif. Para Pest Controller tinggal memilih, bahan kimia, peralatan atau perlengkapan pendukung yang sesuai dengan kebutuhan pola usahanya. Sebut saja metode pengumpanan (baiting) serangga dan rayap, penjebakan (trapping) serangga dan tikus, sampai sistem pengusiran/penolakan (repeller) untuk hama tersebut, dengan berbagai varian merk dan harga jual yang bersaing, baik produsen nasional… maupun produsen multinasional. Kembali ke pasar Pest Control di Indonesia.., apakah kita hanya ingin memakai gelar (title) Pest Control Operator yang inovatif ? Atau mau sekaligus menggunakan gelar Pest Control yang kreatif dan inovatif ???
Sebelum mengupas walaupun tak akan pernah tuntas… Mari kita telaah cerita ringan tetapi mempunyai efek yang luar biasa di dalam pengembangan bisnis kita.
Masyarakat Jepang adalah salah satu kelompok masyarakat yang sangat menyukai mengkonsumsi ikan laut… Mereka sangat mengerti akan kualitas ikan laut yang segar atau yang tidak segar. Beberapa dasawarsa terakhir ini, kebutuhan konsumsi ikan di Jepang terus meningkat, ditambah dengan sumber daya laut mereka yang mulai berkurang. Berlayarlah para nelayan sampai ke lautan jauh. Mereka kembali lagi ke daratannya dalam hitungan minggu. Masyarakat Jepang tidak menyukai ikan yang telah mati dalam hitungan hari bahkan minggu. Alhasil, ikan-ikan tangkapan mereka dijual dengan harga rendah bin murah. Para nelayan Jepang membuat pola baru dengan menggunakan freezer atau mesin pendingin untuk menyimpan hasil tangkapannya.
Tetap saja masih belum bisa diterima oleh masyarakat Jepang akan kesegaran dan citarasa ikan yang mereka konsumsi. Tidak habis berpikir sang nelayan, mereka sepakat untuk membuat kolam penampungan ikan di dalam kapal-kapal mereka. Sang nelayan berasumsi, ikan hasil tangkapan yang dimasukkan ke dalam kolam penampungan.., akan tetap hidup sampai ke daratan. Alhasil masyarakat Jepang masih belum bisa menerima ikan-ikan tangkapan tersebut, karena walaupun hidup, ikan-ikan yang dimasukkan ke dalam kolam penampungan menjadi malas bergerak, karena berdesakan, dan juga ekologi mereka yang berbeda, yang menyebabkan rasa dari ikan-ikan laut tersebut tetap tidak segar.
Dan terakhir, ada salah satu nelayan memberi gagasan atau kreasi untuk menempatkan anak hiu di dalam kolam penampungan ikan tangkapan tersebut. Setelah dicoba, hasil tangkapan ikan-ikan para nelayan dapat diterima dengan senang oleh masyarakat Jepang. Mengapa..? karena anak hiu terus menerus berusaha memburu ikan-ikan yang ada di dalam kolam penampungan tersebut. Pastinya ada beberapa ikan yang termangsa olehnya.., tetapi ikan-ikan yang lain akan terus berenang dengan lincah untuk menghindari sang hiu predator, yang menyebabkan kualitas rasa segar mereka tetap terjaga sampai di daratan.
Kita kembali ke paragraph diatas tentang inovasi dan kreasi. Dapat disimpulkan jika kita hanya terus dan terus melakukan inovasi tanpa adanya kreasi dari kita sendiri.., maka pasar yang akan menyerap bisnis yang kita lakukan layaknya masyarakat Jepang yang mengerti akan kualitas rasa ikan segar. Tetapi jika kita menggabungkan antara kraesi dan inovasi, pastinya pembeli dan pelanggan kita akan sangat senang menggunakan jasa urban pest control yang kita miliki. Sebagai catatan… inovasi dapat di beli, tetapi kreasi mutlak datang dari pemikiran atau daya cipta kita sendiri untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dengan pelaku pasar lainnya.
Hal-hal dasar yang mungkin saja masih luput dari sistem dan standar prosedur operasional kita para Pest Controller adalah, seperti penerapan keselamatan kerja para operatornya (penggunaan alat pelindung diri, pemilihan bahan kimia dan peralatan pendukung, metode kerja, dll) atau yang lebih menantang adalah bagaimana kita dapat memodifikasi sistem pengendalian hama permukiman dengan berbagai metode kerja. Hasil akan lebih optimal, dan pelanggan akan sangat terpuaskan akan jasa layanan kita.
Dan yang paling dicetak tebal adalah “Jangan pernah takut untuk bersaing di pasar yang sarat dengan teknologi dan inovasi saat ini.., asalkan kita sudah memiliki kreasi dan inovasi di dalam bisnis jasa pest control kita”.