Seringkali kita menghubung-hubungkan kejadian kita dimasa sekarang sebagai efek kejadian dimasa lalu. Tidaklah terlalu berlebihan.., ibarat istilah adat lokal atau umat Hindu menyebutnya “hukum Karma” atau kutipan kata versi Bung Karno, “Siapa menabur benih, dia yang menuai hasil”… Dan masih banyak lagi kosakata dan prosa yang meng-ibaratkan tagline di atas.

Ini bukanlah cuplikan kata-kata dari motivator handal.., bukan juga dari Uztad atau ulama tersohor.., tetapi dari pengalaman pribadi dan perjalanan hidup rekan-rekan sahabat saya para pebisnis yang mendapatkan kebahagiaan (sukses kalau dalam bahasa motivasinya.red) secara materi, bathin, dan juga kebahagiaan untuk berbagi.

Bolehlah saya menyebutkan 2 (dua) hal yang berperan penting untuk mendapatkan kebahagiaan dengan titel SUKSES dalam hidup kita ;

  1. Seberapa besar kita melakukan atau berbuat kebaikan terhadap teman, rekan, sahabat, atau saudara-saudara di sekeliling kita sejak kita mengenal kata SOSIALISASI dalam kehidupan. Setiap ucapan terima kasih atau say thanks dari orang disekeliling kita, merupakan doa transparansi yang tanpa kita sadari faedahnya
  2. Seberapa sering ke-dua orang tua kita tersenyum bahagia dengan prilaku kita sebagai anak yang mereka cintai. Senyuman mereka merupakan doa yang paling muztajab di muka bumi ini.

Tidak sulit… tetapi sangat sukar dilakukan jika kita belum memahami dan mengerti arti kaidah di dalam kehidupan kita.

Sebuah kisah nyata atau non fiksi dari seorang rekan saya.., Sebutlah namanya Usep (bukan nama asli pastinya). Dahulu.. hari-harinya, Usep hanyalah seorang buruh bangunan. Awal karir Usep dimulai sebagai pembantu tukang, atau kernet bahasa kerennya.. penghasilannya hanya cukup untuk sebungkus nasi dari warung tegal untuk edisi makan siang dan edisi makan malam.. selebihnya dapat digunakan untuk membeli beberapa batang rokok sebagai pemuas diri setelah letih lelah selama 8 jam atau lebih dalam bekerja.

Pendidikannya pun hanya SMPTL alias Sekolah Menengah Pertama Tidak Lulus. Tampang tidak terlalu menarik seperti layaknya Ferrel Bramasta atau Aliando, kulit sawo matang kehitaman, tubuh biasa-biasa saja, dan lain lain dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya. Selang beberapa waktu tahun berganti… Usep meningkat karir nya menjadi tukang atau naik level setingkat diatas kernet. Dan iapun mulai dapat sedikit menikmati hasil kerja kerasnya dengan upah harian yang bisa membuat Usep tersenyum. Sehari-hari tenaga dan uang hasil kerjanya selalu ia gunakan untuk menyenangkan ayah ibunya dan rekan-rekan seprofesinya.. (walaupun usep hanya mampu membuat rekannya tersenyum pada saat rekannya ingin menghisap cigarettes dan usep hanya mampu memberikan 1 batang cigarette tersebut).

Di setiap waktu senggang libur kerjanya.. Usep sering berbincang dengan kedua orang tuanya.. dan salah satu pembicaraannya, adalah hasrat besar dari orang tua usep untuk melihat tanah suci dan Baitullah. Dan sang ibu hanya bisa berhayal.., sekiranya ia dapat pergi kesana, walaupun hanya dalam paket ibadah Umrah sekalipun.., bersama suaminya tercinta. Walaupun tidak terlontar dari bibir kecil sang ibu.. Usep sangat mengerti hasrat dan keinginan orang tuanya tercinta.

Selang beberapa waktu.. sehabis pulang bekerja sebagai tukang di proyek bangunan, ia mendapatkan info jika ada paket pergi umroh yang dapat ia cicil setiap bulan untuk dapat memberangkatkan kedua orang tuanya. Cicilan nya dapat dilakukan di belakang. Istilahnya ADDB kalau bahasa leasing kendaraan (angsuran dibayar di belakang). Dan ia tanpa berpikir panjang lebar bagaimana nanti membayarnya.., segera mendaftarkan kedua orangtua nya untuk berangkat ibadah umrah.

Singkat cerita.., berangkatlah kedua orang tua Usep ke tanah Suci dengan sistem pembayaran di anjuk (bayar di belakang).., tangis haru dan tetesan air mata bahagia mengalir dari kedua orang tuanya pada saat take off dari Bandara. Usep pun ikut terharu dan menangis kecil melihat kebahagiaan di raut wajah orang tuanya.

Selang beberapa belas tahun kemudian… Usep, si tukang batu, telah berubah menjelma menjadi seorang kontraktor terkenal dan ternama di bilangan wilayah priangan. Sang ibu sangat bahagia dan bangga mempunyai anak seperti Usep. Waktu terus berjalan, dan akhir nya kedua orang tua Usep harus pergi meninggalkan dunia ini dan menghadap sang Illahi robbi.

Tidak ada tangis dan penyesalan pada saat ibunya dimakamkan di peristiratannya terakhir. Hanya satu pesan dari mendiang almarhumah yang selalu ia camkan dalam hatinya.. “Tetaplah berbagi dan selalu membuat teman dan saudara kita tersenyum jika ada di sekeliling kita”.

Terus terulang dan selalu ia ulangi sampai hari ini kata-kata mutiara dari sang mendiang ibunya. Juga sebuah buku tulis warisan dari sang ibu yang entah apa isinya ketika ia mendapatkan dari ibundanya sebelum menutup mata.

Cukuplah saya menceritakan perjalanan keberhasilan Usep untuk menjadi seorang lelaki yang nyaris sempurna. Mempunyai beberapa rumah mewah di bilangan real estate atau town house di daerah tersohor di Kota Bandung, seorang istri yang cantik jelita, anak-anak keturunannya yg cerdas dan sehat, beberapa unit mobil mewah keluaran tahun anyar, dan ratusan karyawan yang mencintai nya. Apa rahasia yang membuat Usep bak seorang Jenius dari keturunan bangsawan dengan pendidikan level tinggi..???

Selang beberapa hari setelah wafatnya sang ibunda.. ia menyempatkan membuka dan membaca isi dari buku tulis yg sudah memudar warnanya tetapi masih tetap terjaga dengan baik. Lembar demi lembar ia buka dan ia baca.. dan subhanallah.., sang ibunda tercinta selalu menuliskan namanya di setiap akhir bait doa sang ibu agar putranya Usep diberikan kebahagiaan dan dicukupkan kehidupannya. Tidak terlalu tebal isi bukunya.. tetapi disetiap lembar yang berisi doa kebaikan selalu terselip namanya. Haru dan bahagia ia rasakan.., tanpa sadar perbuatan baik yang ia lakukan selama belasan dan puluhan lamanya.. menghasilkan kebahagiaan untuk dirinya dan di sekelilingnya.

Dengan langkah mantab dan senyum berkharisma.. Usep menuangkan perjalanan hidupnya dalam sebuah kalimat kiasan yang menghiasi ruang kerja dan area pribadinya… ” Jangan pernah berhenti berbagi dan membuat tersenyum untuk di sekeliling kita yang membutuhkannya, dan juga senyuman manis dari kedua orang tua kita”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *