Mendongeng atau Bahasa trendnya adalah storytelling sudah terbiasa dalam keseharian kehidupan kita. Katakan saja saat kita masih balita atau kanak-kanak, ibu atau ayah atau nenek kita terbiasa mendongeng sebagai pengantar sebelum kita terlelap tidur… Mulai dari dongeng cerita rakyat, dongeng binatang atau fable, cerita yang berkaitan dengan islami, sampai cerita sejarah yang cukup pelik. Orangtua atau nenek kita dapat menceritakannya kepada kita, dan pastinya kita senang mendengarkan, juga menyimak, berimajiansi, mengingat, bahkan sampai dapat menceritakannya Kembali di masa mendatang… Dengan highlight penting, cerita tersebut berkesan untuk kita.

Storytelling adalah ketrampilan dan kemampuan diri yang sudah ada sejak kita terlahir, dan bahkan sejak dahulu kala. Sebelum ada buku atau surat kabar, telepon, atau internet dimasa sekarang. Riset menunjukkan jika cerita dapat menyentuh pusat-pusat sensorik di dalam ‘BRAIN’ pendengarnya, membuat kita seolah-olah masuk ke dalam cerita tersebut dan mengalami kejadian di dalam cerita itu.

Karenanya, cerita yang tepat dan nikmat, dapat mengaduk emosi, menarik perhatian, dan akan selalu teringat di dalam memori alam pikiran kita. Konsep dan kejadian yang komplekspun dapat dipahami dengan mudah jika kita mendengar kemasannya dalam bentuk cerita. Cerita yang menarik biasanya menggunakan kata-kata, visual, atau ilustrasi yang tepat.., sehingga membangkitkan imajinasi dan membuat konsep menjadi hidup.

Menurut Steve Denning, setiap cerita yang baik harus mengandung 3 (tiga) unsur. Pertama, cerita perlu fokus pada hal yang positif dengan ending yang Bahagia, motivasi, dan mengandung kisah sukses. Kedua, cerita harus memiliki ‘Aktor atau Pahlawan’ yang menjadi fokus cerita. Ketiga, cerita dapat mengambil tema yang ‘tidak biasa’ agar menarik perhatian pendengarnya.

Eilenn Rachman dan tim juga mengatakan jika hambatan utama dari bercerita adalah kurangnya ide atau wawasan akan cerita yang menarik untuk dipaparkan. Oleh karena itu, kita sebagai Narator harus banyak membaca, berbincang, dan mengamati semua hal yang berhubungan denga isi cerita kita. Contoh-contoh atau analogi sangat baik untuk menguatkan isi cerita kita. Singkatnya, seorang narator harus mempunyai wawasan luas dalam berbagai aspek, agar cerita yang kita tuturkan akan dapat dikaitkan dengan kejadian dan permasalahan di masa kini.

Dalam bercerita, selain penguatan body language, Teknik bercerita, intonasi suara, pemilihan kata-kata, sampai penguasaan panggung, ada tujuh elemen yang harus dikuasai dan diingat dalam storytelling, yaitu ;
1. Tentukan konteksnya, sehingga pendengar dengan mudah memahami isi cerita secara keseluruhan.
2. Gunakan metafora atau kiasan, serta analogi dirangkaian cerita, agar pendengar dapat dengan mudah terpengaruh dan masuk ke dalam cerita.
3. Emosi pendengar harus sering dirangsang, salah satunya dengan diskusi interakftif antara narrator dengan pendengar.
4. Cerita harus tetap terjaga dan konkret. Cerita yang tidak realistis akan sulit dijangkau pendengar, dan pastinya tidak mudah untuk termemori oleh pendengar.
5. Selipkan kejutan yang akan membuat pendengar melepas adrenalinnya.
6. Sesuaikan narasi dengan lingkungan objek pendengarnya, katakan saja kita melakukan presentasi di depan kaum millennial.. maka gunakan kata dan kebiasaan yang sedang IN dikalangan milenial saat ini.
7. Ajak partisipasi dari pendengar untuk ikut serta memberi komentar dalam cerita yang disampaikan. Tidak lupa juga kita sebagai narrator meminta saran dan masukan di akhir cerita kepada pendengar.

Everyone who listens to our story, will tell who told the story, and what effect the story has in mind.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *