Layaknya kita ketahui, semua Jenis tikus komensal berjalan dengan telapak kakinya… dengan 5 ruas jari di tungkai belakang, dan 4 jari di tungkai depan. Tikus Rattus norvegicus (tikus riul/tikus got) berperilaku menggali lubang di tanah dan hidup di lubang tersebut. Rattus tanezumi (tikus rumah) tidak tinggal di tanah tetapi di semak-semak dan atau di atap bangunan. Mus musculus (mencit) selalu berada di daIam bangunan, sarangnya bisa dltemui di dalam dinding, di atap (eternit), kotak penyimpanan atau laci. Tikus termasuk binatang nokturnal yang aktif keluar pada malam hari untuk mencari makan, Tikus dikenal sebagai binatang kosmopolitan yaitu menempati hampir disemua habitat. Tikus juga disebut sebagai hewan sinanthropis, yaitu selalu mengambil keuntungan dari kehidupan manusia. Satu lagi, tikus dikenal sebagai hewan komensal, yaitu dimana ada manusia, disitu tikus selalu berdampingan.
Tikus riul (R. norvegicus) atau urban Norway rats dan tikus rumah (R. tanizumi) dijumpai di lingkungan rumah dan gudang sebagai reservoir utama di daerah permukiman negara berkembang dan maju. Kedua spesies tersebut dapat ditemui di area perumahan dan perkotaan. Tikus dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar karena memakan semua makanan yang ada dan mengerat benda-benda yang dijumpainya. Tikus riul menghuni selokan baik selokan kecil di sekitar perumahan, maupun selokan besar yang berada di bawah tanah di daerah perkotaan. Selain tikus riul, selokan juga dihuni oleh tikus wirok (Bandicota indica). Tikus juga memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi, satu pasang tikus dalam satu tahun dapat berkembang biak menjadi ±1.538 ekor sehingga perlu dikendalikan populasinya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan populasi hama tikus adalah secara kimiawi dengan menggunakan umpan racun (racun perut), penolak (repellent), penarik/pemikat (attractant) dan pemandul (sterilant).
Tikus mempunyai daya cium yang tajam, sebelum aktif keluar sarang, ia akan mencium-cium dengan menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, Mengeluarkan jejak bau selama orientasi sekitar sarang sebelum meninggalkan sarang. Jejak urin, sekresi genital dan lemak tubuh memberikan jejak bau yang selanjutnya akan dideteksi dan diikuti oleh tikus lainnya. Rasa menyentuh sangat berkembang dl kalangan tikus komensal, ini untuk membantu pergerakannya sepanjang Jejak di malam hari. Sentuhan badan dan kibasan ekor akan tetap digunakan selama menjelajah, kontak dengan lantai, dinding dan benda lain yang dekat sangat membantu dalam orientasi dan kewaspadaan binatang ini terhadap ada atau tidaknya rintangan di depannya.
Tikus sangat sensttif terhadap suara yang mendadak. Tikus juga mendengar dan dapat mengirim suara ultrasonik. Sementara itu, mata tikus khusus untuk melihat pada malam hari. Tikus dapat mendeteksi gerakan pada jarak lebih dari 10 meter dan dapat membedakan antara pola benda yang sederhana dengan obyek yang ukurannya berbeda-beda. Rasa mengecap pada tikus berkembang sangat baik. Tikus dan menclt dapat mendeteksi dan menolak Air minum yang mengandung phenylthiocarbamide 3 ppm, aroma pahit dan senyawa racun.
Tikus adalah satwa liar yang seringkali berasosiasi dengan kehidupan manusia. Tingginya populasi tikus dapat berdampak pada kerugian di berbagai bidang kehidupan manusia. Tikus juga memberikan dampak yang besar di bidang kesehatan. Di bidang kesehatan, tikus dapat menjadi reservoir beberapa patogen penyebab penyakit pada manusia. Urin dan air liur tikus dapat menyebabkan penyakit leptospirosis. Gigitan pinjal yang ada pada tubuh tikus, dapat mengakibatkan penyakit pes.
Tikus dapat menjadi pesaing manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta menjadi hewan pengganggu dan hama dalam bidang agroindustri sehingga menyebabkan kerugian di sektor perokonomian. Sisi lainnya, hewan ini merupakan inang (reservoir) beberapa penyakit pada manusia diantaranya adalah rickettsiosis, leishmaniasis, spirochetosis, tularemia, leptospirosis, ensephalitis tick-borne dan listeriosis sehingga dapat menyebabkan terjadinya wabah endemik di suatu daerah atau sebagai zoonosis.
Persebaran penyakit akibat tikus di Indonesia tak lepas dari peranan pelabuhan sebagai pintu masuk arus angkutan, penumpang dan barang. Potensi persebaran penyakit tersebut merupakan dampak dari kemajuan pesat di bidang teknologi informasi dan transportasi, perdagangan bebas, serta cepatnya mobilitas penduduk antar negara maupun wilayah. Tikus berpotensi sebagai penular zoonosis kepada hewan ternak atau peliharaan, juga manusia baik secara langsung ataupun tidak langsung oleh tikus. Penyakit yang ditularkan oleh tikus dapat ditularkan langsung melalui kontak atau gigitan rodensia maupun melalui berbagai vektor ektoparasit. Kasus leptospirosis di rumah sakit Kota Semarang terjadi karena adanya interaksi pasien dengan tikus yang terinfeksi bakteri leptospira interrogans.
Pertanyaan dasarnya… Apakah kita sudah peka dan berusaha paling optimal agar tikus tidak nyaman ada di lingkungan kita, baik di rumah, kantor atau area urban lainnya.