Tikus riul (Rattus norvegicus) adalah salah satu tikus yang paling banyak jumlahnya dan spesies satwa liar yang tersebar luas di wilayah perkotaan di seluruh dunia, dan sering berkonflik dengan manusia. Tikus bersifat cyinanthropic, menyebabkan kerusakan material, susut komoditi dan penyebaran penyakit zoonosis. Tikus dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar karena memakan semua makanan yang ada dan mengerat benda-benda yang dijumpainya. Kedua spesies tersebut dapat ditemui di area perumahan dan perkotaan (Sigit, dkk 2006; Annashr, 2017). Tikus diperkirakan menyebabkan kerugian konsumen dan material lebih dari $27 miliar USD setiap tahun di Amerikat Serikat (Pimentel, 2007). Di Indonesia rata-rata petani dapat mengalami gagal panen akibat tikus sebesar 2 milyar rupiah setiap tahun. Efek lain akibat tikus, kerugian dan penyakit meningkat secara global (Panti-May et al., 2016; Richardson et al., 2017).
Tikus riul (Rattus norvegicus) atau urban Norway rats dan tikus rumah (Rattus tanizumi Temmink) dijumpai di lingkungan rumah dan gudang sebagai reservoir utama di daerah permukiman negara berkembang dan maju. Kedua spesies tersebut dapat ditemui di area perumahan dan perkotaan (Barocchi et al., 2001). Tikus riul menghuni selokan baik selokan kecil di sekitar perumahan, maupun selokan besar yang berada di bawah tanah di daerah perkotaan. Selain tikus riul, selokan juga dihuni oleh tikus wirok (Bandicota indica) (Priyambodo dkk., 2013). Tikus juga memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi, satu pasang tikus dalam satu tahun dapat berkembang biak menjadi ±1.538 ekor sehingga perlu dikendalikan populasinya (Natawigena et al., 2007).
Tikus rumah (Rattus tanezumi Temminck) merupakan tikus rumah yang dominan, mudah dijumpai dan merupakan jenis yang paling dekat dengan manusia (Wijayanti & Marbawati, 2018). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti dan Marbawati (2018) di Banjarnegara yang menggungkapkan bahwa Rattus tanezumi merupakan tikus yang paling banyak tertangkap. Tingkat keragamannya dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya adalah heterogenitas ruang, kestabilan iklim, kompetisi antarspesies, dan adanya predator (Siregar, Bakti, & Zahara, 2014).
1. Tikus rumah (Rattus tanezumi)
Jenis tikus ini mirip sekali dengan tikus atap (Rattus rattus) tetapi berbeda susunan dalam gennya, keduanya bersifat komensal mengikuti hunian manusia (Musser & Carleton 1993). Diprediksi tikus ini berasal dari tempat pemukiman yang letaknya tidak jauh dari lokasi hutan Albizia. Oleh karena jenis ini merupakan jenis yang berhubungan dengan kegitan manusia, maka diperkirakan keberadaan jenis ini di lokasi albizia sebenarnya merupakan bawaaan oleh kegiatan manusia. Sebanyak 153 spesies dari genus yang termasuk dalam subfamili Murinae (tikus) telah berhasil diidentifikasi di Indonesia.
R. tanezumi paling banyak ditemukan di dalam rumah dan merupakan subspesies dari Rattus rattus yang umum ditemukan di rumah penduduk di Pulau Jawa. Habitat R. tanezumi tersebar luas di Indonesia, Malaysia, dan Thailand (Suyanto 2004). R. tanezumi dikenal sebagai tikus komensal (commensal rodent atau synanthropic), karena seluruh aktivitas hidupnya dilakukan di dalam rumah. Tikus ini berperan penting dalam penularan leptospirosis. Leptospira banyak menyerang tikus besar seperti R. norvegicus dan Rattus diardii (Ramadhani dan Yunianto 2012). Rattus tanezumi mudah dijumpai pada atap rumah, habitat tikus ini bersinggungan langsung dengan mencit rumah atau Mus musculus (Stuart et al., 2015). Keduanya termasuk tikus domestik. Kedua jenis tikus ini tergolong sebagai tikus peridomestik.
2. Tikus Riul (Rattus norvegicus)
Rattus norvegicus yang merupakan “introduced species” dari negara lain mempunyai tingkat penyebaran yang cepat (Feng and Himsworth, 2014). Tikus ini terbawa oleh kapal asing dan awalnya lebih banyak terdapat di daerah pelabuhan, namun seiring waktu, saat ini jenis tikus ini banyak dijumpai dikawasan pemukiman yang jauh dari pelabuhan, bahkan di kota-kota yang jauh dari pantai (Vadel et al., 2014). Tikus ini seringkali ditemukan di area dengan sanitasi yang kurang dengan sumber makanan tikus yang melimpah antara lain makanan sisa yang banyak terdapat di tempat sampah (Khariri, 2019).
R. norvegicus juga sering berada di area rumah dan bangunan yang digunakan aktivitas manusia. Spesies ini bukan native spesies di Indonesia, dalam sejarahnya tikus ini masuk melalui jalur laut bersama kapal yang membawa komoditas perdagangan. Dalam perkembangannya, spesies tikus ini menyebar dengan masif, bahkan sampai ke wilayah yang jauh dari pelabuhan ataupun pantai (Schweinfurth, 2020). Beberapa penelitian melaporkan penangkapan tikus jenis ini di dalam rumah, yang mengindikasikan spesies ini bahkan sudah masuk ke dalam rumah, dimana hal ini sangat jarang terjadi di masa lalu (Pisano Rand Storer, 1948). Tikus ini bukan tipe pemanjat seperti M. musculus atau R. tanezumi, membuat sarang dengan cara menggali tanah atau bersembunyi di bawah tumpukan kayu atau batu di sekitar pemukiman penduduk, sangat jarang ditemukan di lokasi kebun, ladang, sawah, ataupun hutan sehingga masuk kategori sebagai tikus domestik. Rattus norvegicus telah lama beradaptasi dengan sumber makanan maupun lingkungan manusia dengan membuat sarang di pemukiman sehingga spesies ini tergolong sebagai tikus domestik (Priyanto et al., 2020).