Tikus termasuk jenis binatang yang perkembangannya sangat cepat apabila kondisi lingkungan menguntungkan bagi kehidupannya. Mobilitas tikus tergantung kepada natalitas dan mortalitas jika makanannya tersedia di lapangan. Satu populasi akan membentuk beberapa populasi lainnya, bila makanan berkurang maka akan terjadi mortalitas yang tinggi di lapangan. Populasi yang baru terbentuk akan kembali ke populasi yang lama dengan 2 (dua) macam pergerakan, yaitu: pergerakan harian dalam mencari makan sehari-hari dengan jarak ±100 m dan pergerakan musiman dengan jarak pergerakan mencapai ±500 m. Ada tiga hal yang memegang peranan penting atau utama bagi kehidupan tikus dan faktor yang menunjang reproduksi tikus meliputi ketersediaan makanan, minuman, dan tempat perlindungan atau tempat bersarang yang sangat dipengaruhi oleh sanitasi lingkungan.

Tikus dan mencit bersaing dengan manusia untuk mendapatkan makanannya dan menjadi hewan pengganggu serta dapat juga menyebabkan kerugian besar pada bidang ekonomi dan kelaparan pada beberapa negara berkembang. Hewan ini merupakan inang (reservoir) beberapa penyakit pada manusia. Wabah endemik yang disebabkan tikus diantaranya adalah rickettsiosis, leishmaniasis, spirochetosis, tularemia, leptospirosis, ensefalitis tick-borne, dan listeriosis sehingga dapat menyebabkan terjadinya wabah endemik di suatu tempat. Penyakit zoonosis berpotensi ditularkan kepada manusia dan hewan ternak atau hewan piaraan melalui kontak langsung dan tidak langsung oleh tikus sebagai reservoir. Tikus riul merupakan salah satu spesies tikus dan merupakan reservoir host yang bersifat synanthropic. Penyakit yang ditularkan oleh tikus seperti hantavirus, scrub typhus, murine typus, spotted fever group, rickettsiae, pes, salmonellosis, schistosomiasis, dan leptospirosis dapat ditularkan langsung melalui kontak atau gigitan rodensia maupun melalui berbagai ektoparasit vektor.

Tikus riul dapat menggunakan area permukiman, perkantoran, pergudangan, dan area lain sebagai habitatnya. Kasus leptospirosis di rumah sakit di Kota Semarang memiliki riwayat interaksi dengan tikus. Diketahui tikus terinfeksi bakteri leptospira untuk tikus got (R. novergicus) dan tikus rumah (R. tanezumi). Tikus riul/urban Norway rats (R. norvegicus) adalah reservoir utama di daerah permukiman dibanyak negara berkembang dan negara maju, sedangkan tikus rumah (R. tanezumi) dijumpai di lingkungan rumah dan gudang. Hewan tersebut mempunyai kemampuan merusak yang tinggi karena memakan makanan yang ada di rumah dan mengerat benda-benda yang dijumpainya. Kedua spesies tersebut dapat ditemui di area perumahan dan perkotaan, tikus memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi, yaitu satu pasang tikus dalam 1 tahun dapat berkembang biak sebanyak ±1.538 ekor. Jumlah tersebut dapat ditekan populasinya dengan berbagai cara pengendalian. Pengendalian hama tikus dapat dilakukan dengan cara pengendalian kimiawi berupa : umpan racun (racun perut), penolak (repellent), penarik/pemikat (atracktane), dan pemandul (sterilant). Tikus riul menghuni selokan (got) baik selokan kecil di sekitar perumahan, maupun selokan besar yang berada di bawah tanah di daerah perkotaan. Selain tikus riul, selokan juga dihuni oleh tikus wirok.

Salah satu ciri tikus sebagai hewan pengerat adalah perilaku menggigit dan mengerat benda-benda keras yang ada disekitarnya, sehingga menyebabkan kerusakan dan kerugian manusia. Prilaku mengerat benda-benda yang keras dengan maksud untuk mengurangi pertumbuhan gigi serinya yang tumbuh secara terus menerus. Pertumbuhan secara terus menerus tersebut diakibatkan karena tidak adanya penyempitan pada bagian pangkal sehingga terdapat celah yang mengakibatkan pertumbuhan terus menerus. Aktivitas pengeratan tersebut banyak menimbulkan kerugian, antara lain : rusaknya kabel listrik, kayu kuda-kuda rumah, fondasi, dan sebagainya.

Semua jenis tikus komensal berjalan dengan telapak kakinya. Tikus got / tikus riul berperilaku menggali lubang di tanah dan hidup di lubang tersebut. Tikus termasuk binatang nokturnal yang aktif keluar pada malam hari untuk mencari makan. Tikus dikenal sebagai binatang kosmopolitan, yaitu menempati hampir di semua habitat manusia. Tikus mempunyai daya cium yang tajam, sebelum aktif keluar sarang, tikus akan mencium-cium dengan menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan. Mengeluarkan jejak bau selama orientasi sekitar sarang sebelum meninggalkannya. Urin, sekresi genital dan lemak tubuh memberikan jejak bau yang selanjutnya akan dideteksi dan diikuti oleh tikus lainnya.

Rasa menyentuh sangat berkembang di kalangan tikus komensal, ini untuk membantu pergerakannya sepanjang jejak di malam hari. Sentuhan badan dan kibasan ekor akan tetap digunakan selama menjelajah, kontak dengan lantai, dinding dan benda lain yang dekat sangat membantu dalam orientasi dan kewaspadaan binatang ini terhadap ada atau tidaknya rintangan di depannya. Tikus sangat sensitif terhadap suara yang mendadak. Tikus juga mendengar dan mengirim suara ultra. Sementara itu, mata tikus khusus untuk melihat pada malam hari. Tikus dapat mendeteksi gerakan pada jarak lebih dari 10 meter dan dapat membedakan antara pola benda yang sederhana dengan obyek yang ukurannya berbeda-beda. Rasa mengecap pada tikus berkembang sangat baik. Tikus dan mencit dapat mendeteksi dan menolak air minum yang mengandung phenylthiocarbamide, rasa pahit, dan senyawa racun.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *