Sering sekali diobrolan santai, diskusi sehari hari informal… bahkan di pertemuan formal, ajakan untuk melakukan transformasi terus digaungkan. Tujuan utama pastinya untuk kebaikan setiap individu maupun kelompok. TRANSFORMASI sendiri mengandung makna perubahan, baik rupa, bentuk, sifat, fungsi, dan lainnya. Arti lainnya, TRANSFORMASI bisa disederhanakan sebagai tatanan untuk merubah, baik itu menambahkan, ataupun mengurangi unsur-unsur yang berguna untuk kebaikan diri.

Kata bijak mengatakan, PROSES TIDAK PERNAH MENGELABUI HASIL… atau dalam diksi yang lebih santun dilafalkan, PROSES YANG BAIK AKAN MENGAHASILKAN HASIL YANG BAIK JUGA (right process will bring great result). Alhasil, jika kita ingin mendapatkan hasil yang baik di hari esok… lakukanlah proses yang baik dengan melakukan aktivitas dan kegiatan yang baik-baik juga di hari ini.

Untuk melakukan perubahan yang baik, maka kitapun dituntut harus melakukan transformasi dengan sangat dan sungguh-sungguh. Apa yang sudah kita lakukan bertahun-tahun, seperti pola pikir, pola makan, gaya hidup, atau rutinitas lainnya, membuat hidup kita merasa nyaman. Sulitnya, kita terlena dan membiarkan pola-pola tersebut bertahan terus dan tidak mempertimbangkan pola hidup lain yang terasa sulit untuk dimulai. Sering bingit kita mendengar kata-kata “saya susah bangun pagi, saya susah mengatur waktu saya, saya tidak suka membaca buku atau artikel lain untuk menambah wawasan, saya tidak bisa memasak, saya tidak bisa berbicara di depan publik, saya sudah tua untuk mengerti digital, de el el – de el el… yang kesemuanya itu akan menghambat kemampuan alami (talenta dan aptitude) kita yang sudah kita miliki sejak lahir.

Mengapa kita sulit berubah ???
Menurut Eileen Rachman & Emilia Jakob dari Experd Consulting, fenomena perubahan dapat kita terapkan secara fisiologis. Bila kita sudah memiliki pola tertentu yang membuat kita nyaman, pola atau algoritma tersebut akan dipertahankan oleh bagian otak kita yang bernama BASAL GANGLIA. Bagian otak ini akan mengingat alur yang pernah kita buat (recording). Semakin sering alur tersebut digunakan, maka recording tersebut akan semakin kuat di basal ganglia. Ketika kita mencoba mengganti prilaku, syaraf otak berusaha membuat algoritma baru. Namun, basal ganglia akan berusaha mengembalikan pola lama agar kita merasa nyaman Kembali. Pola ini berlaku terhadap prilaku yang baik, maupun prilaku yang buruk. Inilah yang membuat kita untuk mengubah diri tidak semudah membalikkan telapak tangan. Penyebabnya karena pola lama akan bertahan dan tidak mau mengalah pada otak yang membentuk jalan baru atau algoritma baru.

Tidak ada perubahan yang dapat terjadi tanpa Langkah pertama. So… kuatkan mental dan keyakinan yang kuat, ditambah optimalisasi untuk membenahi diri. Tidak ada orang lain yang lebih bertanggung jawab terhadap perubahan diri kita… kecuali diri kita sendiri. Karenanya, mulai detik ini, lakukan pola pikir dan pola-pola perbaikan diri yang menurut kita perlu untuk diperbaiki.

PERUBAHAN TIDAK TERJADI SECARA TIBA-TIBA, PERUBAHAN TERJADI JIKA KITA SENDIRI YANG MENGINGINKAN PERUBAHAN TERSEBUT.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *