Kecoa / lipas merupakan sosok serangga yang fenomenal dan selalu viral di semua segmentasi kehidupan manusia, baik komersial, industri, maupun permukiman. Mereka mendapatkan predikat sebagai “King of the Insect” karena kemampuan hidupnya yang sangat adaptif dan kosmopolitan. Penelitian menunjukkan jika lipas hidup sejak 400 juta tahun lampau… bahkan lebih dulu dari hikayat Sangkuriang dan legenda gunung Tangkuban Parahu yang tercatat di rentang waktu di 50.000 tahun yang lampau.
Mengapa lipas sangat adaptif ? Salah satunya… mereka mempunyai 2 sensor utama yang ada di kedua penampang tubuhnya, sensor utama yaitu antena yang berada di kepala ( untuk mendeteksi benda-benda di area depan dan atas tubuhnya), dan sensor pendukung yaitu sercus yang berada di posisi belakang, berfungsi untuk mendeteksi benda-benda yang ada di belakang dan bawah tubuhnya. Sercus juga berfungsi sebagai sensor pendeteksi adanya lawan jenis mereka untuk melakukan kopulasi.
Di Indonesia, dikenal 2 jenis lipas yang mengganggu di permukiman (PMK No. 50 tahun 2017), yaitu lipas Jerman (Blattella germanica) dan lipas Amerika (Periplaneta americana). Kedua lipas ini memiliki perbedaan spesifik, lipas Jerman lebih suka hidup di area dalam dan di tempat yang banyak sumber makanan, sedangkan lipas Amerika lebih menyukai hidup di area luar dan di tempat-tempat sisa pembuangan makanan dan saluran air limbah (limbah domestik ataupun non domestik).
Lipas selalu menghasilkan nimpha dalam hitungan genap, baik lipas Jerman maupun lipas Amerika, karena di dalam oothecanya, bacanim (bakal calon nimpha) selalu berpasang-pasangan. Terpenting yang harus selalu diwaspadai… satu lipas Jerman (betina), dapat berkembang biak menjadi 18.400 ekor lipas baru dalam waktu 6 bulan… kerennn bukan.